Jumat, 30 Agustus 2013

SURAT AL HUMAZAH (bagian ke-1)

WAILUL LI KULLI HUMAZATIL LUMAZAH
- Celaka bagi pengumpat (& pencela = pengumpat)
AL LADZII JAMA'A MAALAW WA "ADDADAH
- yang (punya kebiasaan) mengumpulkan harta dan (namun tiidak puas selalu) menghitung-hitungnya
YAHSABU ANNA MAALAHUU AKHLADAH
- dia mengira bahwa hartanya bisa membuat dia kekal
KALLAA LAYUMM BADZANN NA FIL HUTOMA
- tidak, sungguh ia akan dilemparkan ke dalam khutomah
WA MAA AD ROOKA MAL HUTOMAH
- Tahukah kamu apakah itu khutomah ?
NAARULLAAHIL MUUQODAH
- Api Allah yang dinyalakan
AL LATII TATH THOLI'U ALAL AF IDAH
- yang (membakar) sampai ke hati
INN NAHAA ALAIHIMM MU' SHODAH
- sesungguhnya api itu akan ditutup rapat di atas mereka
FII 'AMADIMM MUMADDADAH
- (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang
==========================================

1) Ya Allah ! ada perasaan takut dalam diri hamba membaca awal ayat ini. Engkau mengatakan celaka bagi PENGUMPAT. Padahal banyak diantara kami, mungkin termasuk hamba sendiri,  yang terbiasa mengumpat jika ada yang tidak disukai. Minimal mengucapkan kata "kurang ajar", "payah", "gila", "samin" dll,  walaupun ini sederhana dan tidak kasar, namun mengumpat tetap saja mengumpat, baik itu halus apalagi kasar, mengumpat tetap saja mengumpat.
2) Ya Allah ! setelah hamba membaca ayat berikutnya hamba jadi sedikit lega, ternyata Engkau menghususkan sifat "celaka" itu melekat pada orang yang mengumpat pada hasil jerih payahnya dalam bekerja (gajinya). Ia bekerja mengumpulkan harta namun selalu menghitung-hitungnya dengan perasaan tidak puas lalu mengumpatnya.
3) Ya Allah ! hamba jadi teringat pada ayat ENgkau di surat An Nisa' (4) ayat 148 :" Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terang kecuali  oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ". (ayat ini jelas mentolerir orang yang memaki atau mengumpat  jika ia didholimi, jadi artinya tidak semua orang yang mengumpat adalah celaka. (Tapi hamba memang perlu waspada dengan kebolehan ini. walaupun memaki dan mengumpat bisa dibolehkan dalam keadaan didholimi namun di ayat berikutnya, ENgkau berfirman : " Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu  kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa" hamba mengerti walaupun dibolehkan namun kalau tidak mengumpat saat didholimi bahkan yang keluar dari mulut adalah kata yang baik, itu jauh lebih baik)
4) Ya Allah ! hamba sedikit faham, banyak orang yang menghitung-hitung uang mereka karena mereka mempunyai "perhitungan" yang kuat terhadap uang mereka. Hamba yakin mereka tidak termasuk golongan yang celaka jika mereka tidak mengumpat. dan hamba sedikit faham bahwa orang yang Kau anggap celaka karena mengumpat hasil jerih payahnya sendiri disebabkan mereka "tidak pernah punya sifat puas" dan "tidak punya sifat bersyukur" atas bantuan Engkau pada mereka saat mereka berkerja.
5) bersambung ................................................

Sumber: Study Tafsir Ustadz Muhammad Sholahuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar